Thursday, January 20, 2011

Latihan mencapai goal hidup...

Brian Tracy : If You Could Achiece One Goal in 24 Hours


Latihan setiap hari untuk membiasakan mempunyai tujuan dengan merencanakan tindakan-tindakan kita setiap hari mengarah ke tujuan hidup kita :
  1.  Ambil kertas
  2. Tuliskan 10 goal yang ingin dicapai 24 bulan ke depan ( bisa ttg financial, kesehatan, relationship, dll )
  3. Bertanyalah ke diri sendiri dengan pertanyaan luar biasa, apabila goal-goal tersebut bias dicapai dalam 24 jam, pilih salah satu yang akan benar-benar mengubah kehidupan Anda dan lingkari pilihan tersebut.
  4.  Balikkan kertas
  5. Tuliskan deadline goal tersebut
  6. Tuliskan semua yang bisa dilakukan untuk mencapai goal tersebut
  7. Dan lakukan
bagus juga untuk dicoba........

Wednesday, January 19, 2011

Mengapa Harus Marah


Ada yang bilang, seseorang yang sukses sebenarnya memiliki sifat temperamental yang tinggi pula. Ia cenderung mudah marah. Hal paling gampang menemukan contohnya adalah ketika kita melihat para bintang olahraga. Sebut saja pesepak bola David Bechkam yang sekarang sedang diperbincangkan karena akan kembali berlaga di Liga Inggris. Ia ternyata punya temperamen yang tinggi. Ia pernah dikartumerah dalam pertandingan penting Inggris akibat melanggar keras pemain lawan sehingga timnya gagal melangkah ke babak berikutnya.

Para ahli psikologi di sana menyebutkan, sikap Beckham seperti itu menunjukkan ada sisi negatif dari seorang jenius yaitu mudah marah. Tentu saja jika ia terus-menerus menuruti amarahnya, bukan sukses yang didapat tetapi justru kegagalan. Ternyata Beckham mampu mengendalikan amarahnya pada tahap-tahap berikutnya. Ketika ia tak terpilih masuk tim Inggris beberapa waktu lalu, ia tak marah. Ia justru menemukan pelampiasan lain dengan menjadi bagian tim di Piala Dunia 2010 semacam sebagai motivator bagi rekan-rekannya, posisi yang belum pernah ada di tim manapun. Dan karena kemampuan mengendalikan amarahnya itu sampai kini ia masih bisa berprestasi dalam usia yang tak muda lagi bagi seorang pesepak bola.

Saya menemukan hasil penelitian menarik yang dipublikasikan beberapa bulan lalu. Penyebab orang marah sebenarnya bukan karena ia ingin mengancam orang lain. Kemarahan timbul justru karena ia ingin berprestasi. Karena jalan untuk meraih prestasinya terhambat baik oleh orang lain maupun dirinya sendiri maka timbullah kemarahan itu.


Dari sini bisa dilihat bahwa orang yang punya ambisi besar untuk meraih sukses, menyimpan amarah yang besar pula karena hambatan demi hambatan yang dihadapinya pasti akan memicu amahnya. Sifat marah ini ibarat mesin dalam suatu mobil. Mobil berkapasitas tinggi akan membuat mobil memiliki kemampuan luar biasa jika dikendalikan dengan baik. Tetapi jika pengendaliannya tidak hati-hati, justru akan mengancam si pengendaranya sendiri.


 

Teman-teman yang Luar Biasa!


Tentu kita semua pernah marah baik pada diri sendiri, keluarga, teman, atasan, dan sebagainya. Marah memang sifat negatif, tetapi, seperti saya kemukakan pada talkshow di jaringan Radio Sonora tadi pagi, jika kita bisa mengendalikannya dan memikirkan kenapa kita marah, kita akan menemukan hal positif. Kita akan tahu bahwa bukan untuk marah kita berada dalam posisi kita sekarang. Dengan demikian kita akan lebih toleran, lebih mensyukuri apa yang kita dapat, dan tentunya kita tak perlu kehilangan pertalian keluarga dan pertemanan.


Salam sukses luar biasa!!



Penulis : Andrie Wongso ( www.andriewongso.com )
Senin, 17-Januari-2011

Tuesday, January 18, 2011

Gaji, Cerminan Kinerja Perusahaan



Gaji, tunjangan dan fasilitas yang diterima para profesional dan karyawan seharusnya merupakan cerminan dari kinerja perusahaan dan industrinya.

Buat saya, gaji bukan segala-galanya,” kata seorang profesional sebuah perusahaan telekomunikasi papan atas. Bukan cuma dia sebetulnya, yang bilang begitu. Praktis, semua profesional hebat (dari berbagai industri) yang dihubungi SWA berkata seperti itu ketika diminta komentarnya tentang gaji, tunjangan dan fasilitas yang mereka terima.
Jawaban itu, meski seragam dan terdengar klise, boleh jadi benar adanya. Minimal buat mereka. Yah… kalau gaji mereka sudah mencapai puluhan atau bahkan di atas seratus juta rupiah per bulan, rasanya keterlaluan kalau bilang masih kurang. Apalagi dalam konteks Indonesia, negeri dengan jutaan penganggur.
Namun, terlepas dari kondisi sosiologis negeri ini, para profesional bergaji tebal itu memang layak mendapatkan apa yang seharusnya mereka terima. Sebagai profesional, mereka telah mencurahkan sebagian besar waktu, pikiran, perasaan dan tenaga untuk memajukan perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan kepiawaiannya memilih, serta menerapkan strategi dan kebijakan bisnis yang jitu, mereka berhasil membawa perusahaannya keluar sebagai pemenang di tengah sengitnya persaingan bisnis. Terlebih jika sepak terjang perusahaan yang mereka pimpin itu mampu memengaruhi kinerja industrinya hingga mampu bertarung – katakanlah – di pentas bisnis global. Jadi, gaji yang mereka terima sesungguhnya berbanding lurus dengan kinerja perusahaan. Gaji, dalam kata lain, merupakan refleksi kinerja perusahaan dan industrinya.
Sebaliknya, tidaklah etis jika seorang eksekutif ataupun karyawan terus ngotot minta kenaikan gaji tinggi, sementara kinerja perusahaan jeblok di pasar. Bagaimanapun, maju-mundurnya sebuah perusahaan tergantung pada individu-individu yang ada di dalamnya. Ditarik dalam skala yang lebih luas, menjadi tugas dan tanggung jawab jajaran eksekutif dan seluruh karyawan untuk membesarkan perusahaan tempat mereka bekerja. Lebih hebat lagi, kalau perusahaan tempat mereka bekerja mampu memperkokoh sektor industrinya.
Juga tidak pada tempatnya, jika karyawan apalagi pemimpin perusahaan, menuntut kenaikan gaji yang berlebihan manakala kondisi perekonomian dan bisnis lagi krisis. Kondisi krisis memang sering berpengaruh besar terhadap seluruh aspek kehidupan, misalnya harga kebutuhan hidup meroket sehingga memukul telak daya beli masyarakat. Karena itu, kenaikan gaji memang perlu, tetapi harus wajar. Sebab, kalau keuangan perusahaan sampai kacau balau, ini sama saja artinya bunuh diri bareng-bareng. Dalam kondisi demikian, manajemen dituntut kreatif menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang tetap kondusif agar karyawan tetap happy bekerja di tengah kondisi yang sesulit apa pun.
Yang kita rindukan sekarang, tentulah, bagaimana agar kata-kata “Buat saya, gaji bukanlah segala-galanya” tidak hanya diucapkan oleh jajaran eksekutif perusahaan, melainkan juga meluncur dari mulut dan sanubari karyawan di segala tingkatan majamenen, sampai level pramukantor sekalipun. Kalau ini yang terjadi, Indonesia pasti cepat maju. Sebab, setiap orang hanya berpikir bagaimana terus berkarya dan memberikan yang terbaik. Agar mampu memberikan yang terbaik, seseorang pasti akan terus belajar serta mengasah keahlian dan keterampilannya. Bagi perusahaan, pengaruhnya pasti luar biasa. Bayangkanlah, jika setiap orang berlomba-lomba memberikan yang terbaik!
Sebuah kondisi yang sangat ideal, tentu saja. Buat Indonesia, mungkin masih sebatas utopia. Namun, selama masih di atas bumi, segala yang sulit bukan berarti tak mungkin. Bangsa Jepang dan Korea Selatan telah membuktikan. Para karyawan perusahaan (terlebih perusahaan kelas konglomerat) di kedua negara tersebut umumnya sangat bangga atas tempat kerja mereka. Kebanggaan itu akhirnya menumbuhkan sikap dan kebiasaan untuk selalu memberikan yang terbaik buat perusahaan. Hasilnya? Tak butuh waktu lama buat kedua negara ini hingga tampil menjadi kekuatan ekonomi dunia.
Nah, menjadi tugas para pemimpin korporasi Indonesia untuk selalu menumbuhkan rasa bangga dalam diri seluruh karyawannya. Menumbuhkan keyakinan bahwa perusahaan bukan sekadar tempat untuk mencari nafkah, melainkan tempat bagi setiap orang yang bernaung di dalamnya untuk berkarya dan mengekspresikan nilai-nilai kemanusiaannya.

Monday, July 5th, 2010

oleh : Harmanto Edi Djatmiko ( www.swa.co.id )

Mengharumkan Brand Perusahaan




Jadikan brand perusahaan Anda harum bukan cuma di mata karyawan sendiri, tetapi juga karyawan dari perusahaan lain. Setelah itu, bersiap-siaplah, orang-orang terbaik akan berduyun-duyun menyambangi perusahaan Anda.
Menjadi perusahaan yang dicintai karyawannya, pastilah menjadi dambaan setiap pemilik dan pemimpin perusahaan. Sederhana sekali logikanya. Sesuai dengan kaidah cinta yang bersifat universal: karyawan yang mencintai perusahaannya tentu akan selalu berusaha memberikan yang terbaik, bahkan rela berkorban, demi perusahaannya. Karyawan yang telah “jatuh cinta” tak sekadar memenuhi apa yang diwajibkan perusahaan, melainkan berusaha memberikan lebih dari itu. Dengan kecerdasan, keahlian, plus hati yang penuh sukacita, mereka akan berusaha selalu berinovasi dan berimprovisasi demi kemajuan dan masa depan yang cerah bagi perusahaannya. Namanya juga cinta. Betapa idealnya!
Tentu tak mudah membangun, membina dan mengembangkan perusahaan yang selalu dicintai karyawannya. Fakta justru memperlihatkan, hubungan antara majikan dan karyawan begitu pelik dan terus bergejolak dari masa ke masa, sejak zaman Revolusi Industri hingga sekarang. Maklumlah, terutama di perusahaan-perusahaan yang masuk kategori menengah dan besar, jumlah karyawannya bisa mencapai ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu. Komunikasi pun bertambah sulit dan njelimet.
Namun, di zaman Internet kini, persoalan jarak – baik fisik maupun psikologis – sebetulnya bukan masalah lagi. Perusahaan dengan 10 karyawan, misalnya, bukan jaminan bahwa komunikasinya lebih lancar dibanding perusahaan dengan ratusan bahkan ribuan karyawan. PT AXA Indonesia, yang memenangi ajang Employer of Choice 2010 yang diselenggarakanSWA berkerja sama dengan konsultan SDM HayGroup, misalnya, merupakan contoh yang bagus bagaimana pihak manajemen AXA menjalin komunikasi yang intensif dan terbuka dengan para karyawannya. Atas dasar keyakinan bahwa engagement tak mungkin terjadi tanpa komunikasi yang baik, dikembangkanlah apa yang mereka namakan CEO Chat.
Dalam CEO Chat, manajemen memberikan penjelasan kepada karyawan tentang perkembangan perusahaan, informasi kegiatan, kebijakan, perubahan yang dilakukan manajemen, hasil meeting dengan pemegang saham, target dan arah perusahaan, hingga hasil RUPS dalam bentuk video streaming atau media lainnya. Dengan demikian, karyawan tak gampang diterpa atau mencari-cari gosip. Sebaliknya, tanpa banyak komando, karyawan justru fokus bahkan sibuk berinovasi demi kemajuan perusahaan yang serasa milik sendiri itu.
Kisah AXA hanya salah satu contoh. Intinya, di era sekarang, komunikasi bisa ditempuh dengan beragam cara yang kian variatif dan atraktif. Dan, semakin canggih suatu perusahaan memanfaatkan semua buah kemajuan pengetahuan dan teknologi (Internet, salah satunya), semakin terkenal dan dikagumi perusahaan itu bukan saja oleh karyawan sendiri, tetapi juga dikagumi karyawan perusahaan lain.
Itulah yang disebut salah satu bentuk employer branding. Bagi perusahaan yang bersangkutan, jelas sangat menguntungkan. Jika brand sebuah perusahaan semerbak di tengah mesyarakat, tak sulit bagi perusahaan itu mendapatkan orang-orang terbaik untuk bergabung di dalamnya. Siapa sih yang tak ingin bekerja di perusahaan yang maju, nyaman, sekaligus memberikan prospek karier dan penghasilan yang bagus?

Thursday, November 25th, 2010

oleh : Harmanto Edi Djatmiko ( www.swa.co.id )

Mengapa Impian Itu Penting ala Robert T. Kiyosaki

Kutipan dari "Business School"-nya Robert T. Kiyosaki :

Ayah kaya saya menjelaskan pentingnya impian dengan cara ini, "Menjadi kaya dan sanggup membeli rumah besar tidak penting. Yang penting adalah berjuang, belajar, melakukan yang terbaik untuk mengembangkan kekuatan pribadi agar sanggup membeli rumah besar. Yang penting kamu akan menjadi siapa dalam proses sanggup membeli rumah besar. Orang yang memimpikan impian kecil akan terus menjalani hidup sebagai orang kecil."

Seperti yang dikatakan ayah kaya saya, bukan rumahnya yang penting. Istri saya Kim dan saya sudah mempunyai dua rumah yang sangat besar... dan saya setuju bahwa ukuran rumah atau menjadi kaya yang penting. Tetapi ukuran impian itulah yang penting. Saat istri saya dan saya tidak mempunyai uang, kami menentukan tujuan bahwa kalau kami telah berpenghasilan di atas satu juta dollar kami akan membeli rumah besar. Ketika bisnis kami memberikan penghasilan kotor lebih dari satu juta dollar, kami membeli rumah besar kami yang pertama, kemudian menjualnya segera setelah itu. Kami menjualnya karena kami telah bergerak terus untuk mencapai impian baru kami. Dengan kata lain, rumah dan penghasilan satu juta dollar bukanlah impian. Rumah dan uang adalah simbol untuk menjadi orang yang dapat mencapai impian kami. Kini, kami kembali memiliki sebuah rumah besar, dan kembali rumah hanya simbol dari impian yang kami capai. Rumah besar kami bukanlah impian; impiannya adalah kami harus menjadi siapa dalam proses itu.

Ayah kaya mengatakannya dengan cara ini, "Orang besar mempunyai impian besar, dan orang kecil mempunyai impian kecil. kalau kamu mau berubah, mulailah dengan mengubah ukuran impianmu." Ketika saya tidak mempunyai uang dan kehilangan sebagian besar uang saya, ayah kaya saya mengatakan, "Jangan pernah membiarkan kemunduran finansial sementara ini memperkecil ukuran impianmu. Visi impianmu yang akan menarikmu melalui periode kehidupan yang sulit ini." Dia juga berkaa, "Tidak punya uang itu sementara, dan miskin itu terus-menerus. Meskipun kamu tidak punya uang, tidak dipungut biaya apa-apa untuk bermimpi menjadi kaya. Banyak orang miskin berada dalam keadaan miskin karena mereka telah berhenti bermimpi,"

Berbagai Jenis Pemimpi


  1. Pemimpi yang bermimpi di masa lampau. Ayah kaya berkata ada banyak orang yang pencapaian terbesarnya dalam hidup terjadi di belakang mereka. Al Bundy dari komedi situasi TV Married With Children adalah contoh klasik dari seseorang yang impiannya berada di belakang mereka. Bagi anda yang mungkin tidak mengetahui pertunjukan itu, Al Bundy adalah seorang pria dewasa yang masih menjalani kembali hari-harinya di sekolah menengah, saat dia menjadi bintang sepak bola yang mencetak empat gol dalam satu pertandingan. Itu merupakan contoh dari seseorang yang terus-menerus bermimpi di masa lampau. Ayah kaya sering berkata, "Seseorang yang bermimpi tentang masa lampau adalah orang yang hidupnya sudah berakhir. Orang itu perlu menciptakan impian di masa depan, supaya kembali hidup." Bukan cuma mantan pemain sepak bola yang hidup di masa lampau. Contoh lain dari orang yang masih hidup di masa lampau adalah orang yang masih merasa puas mendapatkan nilai bagus, menjadi raja atau ratu pesta dansa di sekolah, lulus dari universitas bergengsi, atau menjadi anggota militer. Dengan kata lain, hari-hari terbaik mereka berada di belakang mereka.
  2. Pemimpi yang hanya memimpikan kecil. Ayah kaya berkata, "Jenis pemimpi ini akan memimpikan impian-impian kecil saja karena mereka ingin merasa yakin bahwa mereka dapat mencapainya. Masalahnya adalah, meskipun mereka tahu bahwa mereka dapat mencapainya, mereka tidak pernah mencapainya." Jenis pemimpi ini tidak terlalu masuk akal bagi saya hingga suatu hari saya bertanya kepada orang ini, " Kalau anda mempunyai semua uang di dunia, ke mana anda akan bepergian?" Jawabannya adalah, "Saya akan terbang ke California untuk mengunjungi kakak perempuan saya. Saya belum bertemu dengannya selama 14 tahun, dan saya akan senang bertemeu dengannya. Terutama sebelum anak-anaknya bertambah besar. Itu akan merupakan liburan impian saya." Saya kemudian berkata," Tetapi itu hanya membutuhkan biaya $500 dollar. Kenapa anda tidak melakukannya hari ini?" "Oh, saya mau, tetapi tidak hari ini. Saya terlalu sibuk saat ini."  Setelah bertemu dengan orang ini, saya menyadari bahwa jenis pemimpi ini lebih umum daripada yang saya pikirkan. Orang-orang ini menjalani hidup dengan memiliki impian yang mereka tahu bahwa mereka dapat mencapainya, tetapi mereka seolah-olah tidak pernah bergerak untuk menghidupkan impiannya. Kelak dalam hidupnya anda akan mendengarnya berkata, "Anda tahu, seharusnya saya sudah melakukannya bertahun-tahun yang lalu, tetapi saya tidak pernah mempunyai kesempatan melakukannya." Ayah kaya saya berkata, "Jenis pemimpi ini sering kali adalah yang paling berbahaya. Mereka hidup seperti kura-kura, makan dan minum dalam ruangan yang tenang. Kalau kamu mengetuk cangkang mereka dan menyentuh salah satu lubang, mereka sering menyerang dan menggigitmu." Pelajaran yang diperoleh adalah biarkanlah kura-kura pemimpi itu bermimpi. Kebanyakan tidak pergi kemana-mana, dan itu sangat baik bagi mereka.
  3. Pemimpi yang telah mencapai impian mereka dan belum menentukan impian baru. Seorang teman suatu saat berkata kepada saya, "Dua puluh tahun yang lalu, saya bermimpi untuk menjadi seorang dokter. Saya sudah menjadi dokter dan sekarang saya merasa bosan dengan kehidupan. Saya senang menjadi dokter, tetapi ada sesuatu yang kurang." Ini adalah contoh tentang seseorang yang dengan sukses telah mencapai impiannya dan terus hidup dalam impian itu. Kebosanan biasanya merupakan tanda bahwa sudah waktunya menentukan impian baru. Ayah kaya saya berkata, "Banyak orang memiliki profesi yang mereka impikan di sekolah menengah. Persoalannya adalah mereka telah keluar dari sekolah menengah selama bertahun-tahun. Sudah saatnya menentukan impian baru dan petualangan baru."
  4. Pemimpi yang mempunyai impian besar tetapi tidak mempunyai rencana bagaimana mencapainya... sehingga akhirnya mereka tidak mencapai apa-apa. Saya rasa kita semua mengetahui orang yang termasuk kategori ini. Mereka adalah orang-orang yang mengatakan, "Saya baru saja melakukan terobosan besar. Saya akan menceritakan kepada anda rencana baru saya." atau, "Kali ini segala sesuatunya akan berbeda." atau "Saya sedang membuka lembaran hidup baru." atau, "Saya akan bekerja lebih keras, melunasi tagihan-tagihan saya, dan berinvestasi." Atau, "Saya baru saja mendengar sebuah perusahaan hadir di kota ini, dan mereka mencari orang dengan kualifikasi yang saya miliki. Mungkin ini merupakan kesempatan besar bagi saya." Ayah kaya saya berkata, "Sangat sedikit orang yang mencapai impian mereka sendirian. Orang seperti ini sering berusaha mencapai banyak, tetapi kemudian berusaha dan melakukannya sendiri. Orang seperti ini harus tetap mempunyai impian besar, menentukan rencana, dan mendapatkan tim yang akan membatu membuat impiannya menjadi kenyataan."
  5. Pemimpi yang mempunyai impian besar, mencapai impian itu, dan terus mempunyai impian yang lebih besar. Saya pikir kebanyakan dari kita ingin menjadi orang seperti ini. Saya tahu saya ingin. 


Tuesday, January 11, 2011

Kehidupan (2) : Jangan mengabaikan sifat kejadian dan hal yang terprakondisi

Segala sesuatu selalu-berubah dan lenyap. Selama ada keberadaan, ada proses dan hasil dari perubahan.

Hanya ketika batin Anda tidak terikat oleh siklus alami kelahiran dan kematian itu, barulah Anda bisa berada dalam kondisi ketenangan dan keheningan.

Segala situasi di dunia ini terus berubah dan akhirnya lenyap. Orang sering berharap pengalaman yang indah akan tetap sama dan tidak akan pudar, mereka berharap pengalaman tak menyenangkan tidak akan pernah terjadi. Namun pemikiran mimpi semacam ini adalah fantasi tak praktis yang membuat orang terus terperangkap dalam perasaan mereka sendiri sehingga mereka tak bisa maju.

"Ujaran Buddha" - Tsai Chih Chung

Kehidupan (1) : Di mana ada keberadaan, ada perubahan

Dunia adalah perwujudan fana yang terus dalam pergerakan dan berubah seiring dengan waktu.
Kita hanyalah milik dunia unik dari kurun tertentu.

Tiap kata yang tertulis, tiap pahatan batu, tiap lukisan, struktur peradaban, dan tiap generasi manusia pada akhirnya akan lenyap bagai dedaunan gugur.

Dimana ada keberadaan, ada perubahan. Apa pun yang tanpa perubahan tidak eksis sama sekali.

Kehidupan tumbuh tiada henti, terus berubah. Hanya kematian yang tanpa perubahan. Keberadaan apa pun hanyalah perwujudan sementara dari siklus kehidupan yang selalu-berubah. Inilah dia Kaidah Semesta. Ketika manusia mencari stabilitas abadi di dunia materi mereka, mereka melanggar irama universal perubahan dan lumrah jika tidak akan pernah menemukan apa yang mereka cari.

Friday, January 7, 2011

Motivasi (1)

Orang lain boleh saja menganggap enteng Anda sekarang,
tapi Anda - TIDAK BOLEH


Jadilah orang pertama yang menghormati diri Anda sendiri.

Kebesaran yang mungkin Anda capai sangat tergantung kepada
besarnya hormat yang Anda berikan kepada diri sendiri.

Karena dengan itulah, Tuhan Yang Maha Besar menyesuaikan hormat-Nya kepada Anda.

Jika Anda memantaskan diri untuk menjadi raja,
Anda akan dijadikan.

Mario Teguh

Wednesday, January 5, 2011

POLA PIKIR ( MINDSET ) : Michael Jordan

Michael Jordan bukan orang yang memiliki bakat alami. Ia adalah seorang atlet yang bekerja paling keras, mungkin dalam sejarah olahraga.

Sudah banyak diketahui bahwa Michael Jordan dikeluarkan dari tim bola basket sekolah, kita menertawakan pelatih yang mengeluarkannya. Ia tidak diterima oleh perguruan tinggi tempat ia ingin bermain (North Carolina State University). Baiklah, bukankah mereka bodoh? Ia tidak dipanggil oleh dua tim NBA pertama yang seharusnya memilihnya. Betapa bodohnya! Karena sekarang kita tahu, ia adalah pemain bola basket terhebat yang pernah ada, dan kita berpikir bahwa kehebatan ini seharusnya sudah tampak jelas sejak awal. Ketika kita melihatnya, kita memang melihat MICHAEL JORDAN. Tetapi, pada saat itu, ia hanyalah seorang Michael Jordan.

Ketika Jordan dikeluarkan dari tim bola basket sekolah, ia merasa hancur. Ibunya mengatakan, "Saya katakan kepadanya untuk kembali dan mendisiplinkan diri." Nah, ia benar-benar mendengarnya. Ia terbiasa meninggalkan rumah pada pukul enam pagi untuk berlatih di depan sekolah. Di University of North Carolina, ia terus-menerus berusaha memperbaiki kelemahannya, permainan defensifnya serta caranya memegang dan melemparkan bola. Pelatihnya tercengah dengan kemauannya bekerja lebih keras daripada siapa pun.

Suatu ketika, setelah tim tersebut kalah dalam pertandingan terkahir di musim pertandingan, Jordan pergi dan melatih lemparannya selama berjam-jam. Ia mempersiapkan diri untuk tahun berikutnya. Bahkan di puncak kuseksesan dan kemasyurannya, setelah ia membuat dirinya menjadi genius atletik, latihan berikutnya tetap melegenda. Mantan asisten pelatih Bulls, John Bach menyebutnya "seorang genius yang selalu ingin meningkatkan kegeniusannya".

Bagi Jordan, kesuksesan berasal dari pikiran. "Ketangguhan mental dan hati jauh lebih kuat daripada keunggulan-keunggulan fisik yang mungkin anda miliki. Saya senantiasa mengatakan bahwa saya selalu mempercayai hal itu". Tetapi orang lain tidak. Mereka melihat Michael Jordan dan mereka menyaksikan kesempurnaan fisik yang secara tak-terelakkan mengantarkannya pada kehebatan.

( "Mindset", Carol S. Dweck, PH.D. )

Tuesday, January 4, 2011

POLA PIKIR ( MINDSET )

Carol S. Dweck, PH.D. dengan bukunya "MINDSET" memberikan wawasan baru yang dapat mengubah pola pikir kita tentang kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan dahulu ketika masih kecil, sekolah, kuliah, dan sampai kerja tentang kenapa orang lain bisa lebih berhasil daripada saya? kenapa dia selalu dapat nilai bagus? kenapa, kenapa....


Apa itu Pola Pikir ( Mindset ) ?

Mindset adalah ide yang sederhana ditemukan oleh terkenal di dunia psikolog Universitas Stanford Carol Dweck dalam beberapa dekade penelitian tentang prestasi dan kesuksesan ide sederhana yang membuat semua perbedaan.

Dalam pola pikir tetap fixed mindset ), orang percaya kualitas dasar merekaseperti kecerdasan atau bakat, hanya tetap sifat. Mereka menghabiskan waktu mereka mendokumentasikan kecerdasan mereka atau bakat bukannya mengembangkan mereka. Mereka juga percaya bahwa bakat saja menciptakan kesuksesan-tanpa usaha. Mereka salah.

Dalam pola pikir pertumbuhan growth mindset ), orang percaya bahwa kemampuan mereka yang paling dasar dapat dikembangkan melalui dedikasidan kerja keras-otak dan bakat hanya titik awal. Pandangan ini menciptakan cinta belajar dan ketahanan yang sangat penting bagi prestasi besar. Hampir semua orang besar memiliki kualitas ini.

Pengajaran pola pikir pertumbuhan  ( growth mindset ) menciptakan motivasi dan produktivitas dalam dunia bisnis, pendidikan, dan olahraga. Dapat meningkatkan hubungan. Ketika Anda membaca "Mindset", Anda akan melihat bagaimana itu.

Pola Pikir ( Mindset )

Pola pikir ( Mindsetadalah keyakinan-keyakinan tentang diri Anda dan kualitas Anda yang paling dasar. 

Pikirkan tentang kecerdasanAnda, bakat Anda, kepribadian Anda. Apakah kualitas ini hanya tetap sifat, diukir dalam batu dan begitu saja? Atau apakah mereka hal yang dapat dipupuk sepanjang hidup Anda?

Orang dengan pola pikir tetap ( fixed mindsetpercaya bahwa sifat mereka hanya kodrat. Mereka memiliki sejumlah kepandaian dan bakat, dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Jika mereka memiliki semuanya, mereka sudah siap, tetapi jika mereka tidak ... Jadi orang di pola pikir ini khawatir tentang sifat-sifat mereka dan bagaimana mereka memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Mereka memiliki sesuatu untuk membuktikan kepada diri mereka sendiri dan orang lain.

Orang dengan pola pikir pertumbuhan ( growth mindset ), di sisi lain, melihat kualitas mereka sebagai hal yang dapat dikembangkan melalui dedikasi dan usaha. Tentu mereka senang jika mereka cerdas atau berbakat, tapi itu hanya titik awal. Mereka memahami bahwa tak seorang pun dapat mencapai hal besar - tidak Mozart, Darwin,atau Michael Jordan tanpa latihan dengan semangat dan belajar bertahun-tahun.


Percaya bahwa kualitas Anda yang diukir dalam batu-pola pikir tetap menciptakan urgensi untuk membuktikan diri berulang-ulang. Jika Anda hanya memiliki sejumlah kecerdasan, kepribadian tertentu, dan karakter moral tertentu, maka Anda sebaiknya membuktikan bahwa Anda memiliki dosis yang sehat dari mereka.... Saya telah melihat begitu banyak orang dengan tujuan salah dalam hal membuktikan diri - di kelas, dalam karir mereka, dan dalam hubungan mereka. Setiap dalam situasi untuk membuktikani kecerdasan mereka, kepribadian, atau karakter. Setiap situasi dievaluasi: Apakah saya akan berhasil atau gagal? Apakah saya terlihat pintar atau bodoh?Apakah saya akan diterima atau ditolak? Apakah saya merasa seperti seorang pemenang atau pecundang? Bukankah normal untuk menginginkan ciri-ciri? Ya, tapi ...Ada pola pikir lain di mana karakter ini tidak hanya Anda hadapi dan harus hidup dengan, selalu berusaha untuk meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa Anda memiliki royal flush ketika Anda diam-diam khawatir itu hanya pair tensDalam pola pikir ini, ini hanyalah titik awal untuk pengembangan. Ini pola pikir pertumbuhan growth mindset ) didasarkan pada keyakinan bahwa kualitas dasar Anda dapat dipupuk melalui usaha Anda. Meskipun orang mungkin berbeda - dalam bakat awal mereka, minat, atau temperamen - semua orang bisa berubah dan tumbuh melalui perjalanan dan pengalaman hidup.
Apakah orang-orang dengan pola pikir ini percaya bahwa setiap orang bisa apa saja, bahwa setiap orang dengan motivasi yang tepat atau pendidikan bisa menjadi Einstein atau Beethoven?Tidak, tapi mereka percaya bahwa potensi sesungguhnya seseorang tidak diketahui ( dan tidak dapat diketahui), bahwa tidak mungkin untuk meramalkan apa yang dapat dicapai dengan tahunan kerja keras dan latihan.

Apakah Anda tahu bahwa Darwin dan Tolstoy dianggap anak-anak biasa? Itu Ben Hogan, salah satu pegolf terbesar sepanjang masa, benar-benar tidak terkoordinasi dan tidak menarik sebagai seorang anak? Bahwa fotografer Cindy Sherman, yang telah di hampir setiap daftar seniman yang paling penting dari abad ke-20, gagal kursus fotografi pertama? Itu Page Geraldine, salah satu aktris terbesar kita, disarankan untuk menyerah karena kekurangan bakat?

Anda dapat melihat bagaimana keyakinan bahwa kualitas dihargai dapat dikembangkan 
 untuk menciptakan gairah belajar.Mengapa membuang-buang waktu membuktikan berulang kali betapa hebatnya Anda, bila Anda bisa mendapatkan lebih baik?Mengapa menyembunyikan kekurangan bukan mengatasinya?Mengapa mencari teman atau mitra yang hanya akan menopang harga diri Anda, bukan orang-orang yang juga akan menantang Anda untuk tumbuh? Dan mengapa mencari mencoba dan benar, bukannya pengalaman yang akan meregangkan Anda? Semangat untuk peregangan diri sendiri dan menempel, bahkan (atau terutama) ketika itu tidak berjalan dengan baik, merupakan ciri khas dari pertumbuhan pola pikir. Ini adalah pola pikir yang memungkinkan orang untuk berkembang selama beberapa masa yang paling menantang dalam hidup mereka.





Monday, January 3, 2011

Leadership Saja Tidak Cukup

Kutipan ini saya ambil dari buku "Re-code your change DNA"-nya Rhenald Kasali, saya kutip sebagai referensi online saya :

Maaf, Leadership Saja Tidak Cukup !
Di Budapest, saya bertemu dengan Batara Sianturi, CEO Citibank Hongaria yang direkrut sebagai expath dari Jakarta. Batara adalah orang Indonesia asli dan barangkali ia adalah satu-satunya orang Indonesia ( dan yang pertama ) yang menduduki posisi puncak di Citibank sebagai expath luar negeri. Sebelumnya ia menjabat sebagai Vice President di Citibank Jakarta.


Semua eksekutif di Indonesia tentu tahu siapa Citibank. Orang-orang menyebut mereka sebagai Citibankers.


      Pokoknya, kalau sudah masuk di Citibank, Maka karakter mereka pun menjadi khas.


Mereka direkrut lewat sebuah proses yang sangat selektif dan kompetitif. Setelah berada di dalam Citibank, mereka mengalami proses pembentukan yang tiada henti.



      Kinerja mereka dipacu, dan mereka bekerja dengan sistem yang selalu diperbaharui.


Singkatnya mereka punya pemimpin kelas Citibank, anak-anak buah kelas Citibank, kultur Citibank, teknologi Citibank dan incentive sekelas Citibank.


Cara kerja mereka yang mengagumkan membuat mereka selalu menjadi rebutan. Beberapa di antara mereka terbukti sukses memimpin bank. Robby Djohan, Laksamana Sukardi, Rini Soewandhi, Michael Ruslim (Astra) dan Edwin Gerungan adalah sedikit di antara nama-nama besar Citibankers yang sukses mengelola bank-bank lain. Tapi nanti dulu...



      Benarkah Citibankers jaminan sebuah keberhasilan?


Pentingnya leadership tentu sudah dibahas di mana-mana. Saya pun merasakan demikian. Jargon "one person can make a defference" sungguh melekat. Kita percaya kalau berhasil merekrut seorang pemimpin sejati maka semua urusan pun akan beres. Pemimpn yang bagus dapat menggerakkan organisasi. Ia datang memberi inspirasi dan energinya terasa di mana-mana. Organisasi dengan "pemimpin" akan dirasakan bedanya. Dengan bantuan tangan satu orang itu saja, produktivitas dan kinerja institusi/perusahaan tampak berbeda.


Analoginya,



      kalau citibanker adalah "a good leader", maka merekrut mereka bereslah semuanya. Benarkah demikian?


Kepada saya Batara Sianturi menjelaskan kepemimpinannya di Hongaria berjalan efektif. Ia diberi target oleh kantor pusat, tetapi pada saat yang bersamaan ia juga diberi sejumlah mandat. Di antara mandat-mandat itu, yang terpenting adalah mandat untuk menawarkan pensiun dini bagi mereka yang dinilai bekerja di bawah standar Citibank. Untuk menjalankan semua itu ia diberi manajer SDM yang andal dan resources (sumber-sumber daya) yang memadai seperti incentive, paket "golden shake hands" (jabat tangan emas), dan sebagainya. Maka praktis proses pemberhentian tidak menimbulkan gejolak apa-apa. Di kantor itu ia biasa bekerja hingga larut malam, demikian pula bawahan-bawahannya. Lenkap sudah, pimpinan, staf, anak buah, insentif dan culture menyatu sebagai Citibank. Tentu saja ini bukan cuma sekadar model Citibank. Hampir semua perusahaan besar profesional punya sistem serupa yang terintegrasi.



      Jadi, tidak mungkin seorang super CEO didukung oleh insentif SDM sekelas PNS ( Pegawai Negeri Sipil ).

Visi dan Keterampilan Memegang Peranan Penting

Tetapi di tengah-tengah ceritanya Batara Sianturi juga menuturkan kisah-kisah getir yang dialami kolega-koleganya yang pernah dibajak oleh sejumlah bank swasta nasional di awal tahun 1990-an. Mereka umumnya direkrut sebagai CEO atau Vice President. Sebagai orang hebat, mereka cukup percaya diri datang tanpa perlu bergerombol. Ternyata ada cukup banyak di antara mereka yang juga kurang berhasil. Hanya dalam tempo dua tahun mereka sudah harus segera keluar karena kinerja bank yang dipimpinnya bukan membaik, malah memburuk.

Mengapa mereka kurang beruntung?

Jawabnya sesungguhnya sangat sederhana. CEO Citibank akan efektif memimpin kalau karyawan mereka juga sekelas Citibank atau dapat di-upgrade ( di Re-code) menjadi sekelas ini.

      Bagaimana seorang Citibanker bisa efektif memimpin kalau yang dipimpin tidak memperoleh insentif seperti 
      yang diperoleh para karyawan di Citibank?

Anda menuntut mereka bekerja seperti bawahan Anda di Citibank. Masuk kerja pukul delapan (8) pagi dan pulang tanpa batasan waktu. Batasannya adalah selesainya pekerjaan. Yang satu menerima insentif yang sangat menarik, yang satunya di bawah standar.

Dengan kata lain, a leader is not everything

Perubahan menuntut adanya 5 hal sekaligus :
1. Visi tentang arah masa depan ( vision )
2. Keterampilan (skills) untuk mampu melakukan tuntutan-tuntutan baru. Keterampilan ini harus terus dipelihara
    ditumbuhkan dan dikembangkan
3. Insentif yang memadai, baik langsung maupun tidak langsung, cash maupun non-cash, individual (berdasarkan
    kinerja perorangan) maupun kelompok (berdasarkan kinerja kelompok/unit kerja)
4. Sumberdaya (resources) yang memudahkan ruang gerak dan pertumbuhan
5. Rencana tindak (action plan). Rencana tindak adalah bukan sekadar rencana, melainkan sebuah rangkaian 
    tindakan yang diitegrasikan dalam langkah-langkah yang spesifik dan terencana, tertulis dan dimengerti oleh
    semua pelaku yang terlibat